Kamis, 15 Oktober 2015

Teori ? Tidak ini pengalaman



“ Kakak nampaknya kau harus ke dokter besok, karena otak mu sudah di penuhi oleh rumus-rumus yang tidak berguna. Pengalaman itu lebih penting dari pada hanya berteori.”

Teori? Aku rasa itu tidaklah penting, karena sebuah teori itu muncul dari sebuah pengalaman.
-        Adeline –



Di masa liburan seperti ini biasanya anak-anak banyak menghabiskan waktunya untuk pergi liburan ke manapun, sebelum waktunya mereka akan masuk ke sebuah jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan akan di sibukkan dengan berbagai jenis pelajaran. Tapi berbeda dengan Adeline, sosok gadis ini hanya menyibukkan dirinya dengan belajar dan terus belajar, entah apa yang membuat dia begitu giat belajar di tengah liburan seperti ini.
“Adelinee........” Panggil seorang wanita paruh baya
“ Ia ma ..        “
“ Sampai kapan kamu akan belajar , ayo turun dan makan”
Adeline keluar dari kamarnya dan menuruni beberapa anak tangga di rumahnya.
“ Sayang, kenapa kamu masih giat belajar ? Bersenang-senanglah lebih dulu, nikmati liburan” Kata ayah Adeline yang panik dengan keadaan anaknya yang selalu belajar itu, ayahnya takut jika terlalu banyak belajar akan membuat Adeline stress.
“ Nggak apa-apa ayah, aku tidak tau harus melakukan hal apa dan harus ke mana jadi aku merasa lebih baik otak ku di isi dengan pelajaran dari pada harus berfikir kemana dan apa yang harus ku lakukan selama liburan ini”
“ Kakak apakah Kamu masih ada di tingkat kewarasan ? anak-anak seusia ku saja banyak yang menghabiskan liburan nya dengan shopping atau tour keliling dunia, tapi kau malah mengelilingi buku” Timpal Aikon adiknya.
“ Tanpa pergi keliling dunia pun, kakak bisa tau apa yang sedang terjadi di negara-negara sekarang, kakak juga tau kebudayaan mereka hanya dengan membaca buku, jadi untuk apa kakak harus pergi ke sana?”
“ Kakak nampaknya kau harus ke dokter besok, karena otak mu sudah di penuhi oleh rumus-rumus yang tidak berguna. Pengalaman itu lebih penting dari pada hanya berteori.”
Adeline terdiam, menguyah makanan yang ada di dalam mulutnya dan mencerna kata-kata yang barusan di bilang adiknya.


Satu minggu kemudian

Tidak terasa kini Adeline akan melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, SMA adalah masa sekolah terakhir bagi kita untuk menggenakan seragam. Adeline menarik nafas panjang melihat megahnya gedung sekolah yang ada di depannya, dia optimis bisa bersaing dengan anak-anak yang akan sekolah di sini nantinya karena dia sudah belajar dengan giat selama liburan.

“ Di sampaikan bagi seluruh calon siswa untuk segera ke lapangan karena MOS kita hari ini akan segera di mulai” Sebuah suara dari Speaker  menyadarkan Adeline dari lamunannya. Dengan gaya rambutnya yang di ikat dua tidak mengurangi kecantikan Adeline, gadis itu selalu bergaya natural tanpa ada polesan bedak-bedak yang tebal membuatnya merasa seperti badut.
        Kini Adeline berada di tengah-tengah lapangan dengan calon siswa lainnya, dia mendapat tempat barisan paling belakang dan hal itu tentu membuatnya tidak menaruh kosentrasi di depan ke kakak-kakak seniornya karena ada begitu banyak calon siswa lain yang mengoceh sana sini di bagian belakang, 10 menit kemudian Adeline merasa heran dengan sekelilingnya karena mereka semua diam dan menatap ke satu arah, tentu saja Adeline penasaran dia juga ingin melihatnya tapi karena dia ada di barisan paling belakang itu membuatnya susah untuk melihatnya. Kemudia ada suara yang mengatakan bahwa “kakak senior yang sangatlah ganteng” dan Adeline mulai merasa konyol karena ternyata yang membuat mereka semua diam adalah seorang cowo yang di sebut mereka ganteng.
        Adeline tidak peduli dengan itu, dia hanya berdiri di belakang dan memasangkan headset pada telinganya karena dia merasa bosan tidak bisa mengetahui hal apa yang sedang di bahas di depan.
Adeline merasa dirinya di perhatikan oleh seseorang tapi dia tidak menghiraukannya, sampai tiba-tiba dia  merasa musik yang ada di telinganya itu berhenti dan ternyata ada yang mengambilnya dan itu adalah kakak seniornya. “Aduhh mampus aku” Gumam Adeline.
“ Apakah kamu mendengarkan apa yang di sampaikan tadi?”
Adeline hanya diam
“ Kamu, saya bertanya ke kamu. Apakah kamu mendengarkan apa yang di sampaikan tadi?”
“Ti.. tidak” jawab Adeline
“ Pantas saja hanya kamu yang tidak punya kelompok disini “
Adeline memang melihat beberapa orang-orang mulai berdiri berkelompok tapi dia tidak peduli dengan hal itu dan benar saja ternyata hanya dia yang tidak punya kelompok.
“ ayo ikuti saya”
Adeline di bawah maju ke depan, bertemu dengan beberapa senior yang menatapnya dengan galak, dia tidak tahu harus berbuat apalagi selain berdiam diri.
“ Stef, ini calon siswa yang belum saja sehari di sini tapi sudah menganggap enteng kita”
Cowo  itu melihat Adeline.
“ Mengapa kamu tidak mendengarkan kami?”
“Bukannya saya tidak mendengarkan kakak-kakak tapi karena saya bosan sedari tadi yang di bahas anak-anak di belakang hanya seorang yang kata mereka tampan” Adeline memberanikan diri untuk berbicara.

Stefan mengalihkan pandangannya ke arah belakang dan melihat sosok cowo yang sedang asik dengan handponenya.
“Maksud kamu dia ?”
“Saya juga tidak tau kak, karena saya tidak melihatnya”
“Baiklah karena kamu tidak mendengarkan kami hanya karena dia , kamu harus ada di bawah pimpinan dia” Kata Stefan dengan senyumannya yang bisa di bilang senyuman sinis.
“Given, ada seseorang yang ketinggalan di kelompok mu”
“ Taruh saja di kelompok yang lain”
“Tapi namanya ada di daftar kelompokmu”
“Aku tidak mau seseorang yang lelet”
Adeline hanya menatap aneh pria yang ada di depannya ini karena dia berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari handpone yang di genggamnya. Dan kini Stefan memandang Adeline.
“Siapa nama mu?”
“Adeline”
“ Baiklah Adeline, karena kamu tidak punya kelompok kamu harus mencari kelompok sendiri, siapa suruh tidak mendengarkannya tadi. Dan hati-hati yahh”
        Adeline bingung karena dia hanya di terlantarkan sendiri di tengah lapangan, dia mencoba mencari kelompok-kelompok untuk bergabung tapi sayangnya tidak ada satupun senior yang menerimahnya.


“ Aku pulang....”
Sepi.. suasana itu yang menyambut Adeline , dia tau bahwa ayah dan ibunya belum pulang jam begini dan adiknya pasti sedang asik di kamarnya. Adeline merebahkan badannya di sofa, dia merasa capek seharian ini harus megejar kakak-kakak senior untuk bergabung dengan kelompok mereka tapi sayangnya tidak ada satupun yang menerimahnya dan itu artinya dia harus mencari kelompok lagi besok. Lalu kapan dia akan menerimah materi dan melakukan kegiatan Mos lainnya kalau dia tidak di izinkan bergabung.
“Hahhhh................” Adeline mendesah mengingat semua itu.



“ Semuanya berbaris menurut kelompok masing-masing”
Kini Adeline sendiri lagi di tengah-tengah lapangan
“ Given, apakah kamu benar-benar tidak mengizinkan dia untuk masuk ke kelompok mu?” tanya seorang senior wanita
“ Ambil saja dia di kelompok mu” Kata Given
“ Baiklah...  Siapa nama kamu?”
“ Adeline.. “
“ Adeline, perkenalkan nama saya Flowery Juny, Kamu bisa panggil kak Flow”
“ Baiklah kak Flow”
“Ikuti saya”
“Tapi kak... “
Flow berbalik menghadap Adeline.
“ Terimah kasih sudah mengizinkan saya bergabung di kelompok kakak, Terimah kasih” Kata Adeline dengan girang
“ Sama-sama... Ayo pergi”
Adeline pergi mengikuti Flow tanpa mereka sadari Given memandang mereka dan dia tersenyum.
“ Wanita yang lucu” Gumamnya.

Ini adalah hari terakhir MOS dan ternyata kakak-kakak seniornya lebih garang dari yang biasanya, tapi untunglah Adeline mandapatkan kakak senior yang baik seperti Flow, Flow tidak banyak marah-marah dia hanya memberi masukkan kepada anak-anak yang di pegang olehnya.
“ Adeline White sharon” Teriak stefan..
“ Saya kak... “
“ Ikuti saya”
Adeline mengikuti Seniornya tersebut, kali ini dia merasakan hal yang buruk akan terjadi. Ternyata dia di bawah ke ruang musik.
“ Aku dengar kamu mempunyai hobby bermain Piano. Apakah benar?”
“ Iaa... “
“ Kalau begitu mainkan alat ini untuk ku “
Adeline langsung duduk di kursi di depan piano tersebut dan jemarinya mulai memainkan tuts yang ada di alat musik itu , dan ternyata benar Adeline sangat mahir dalam memainkan piano. Given yang lewat dari ruangan tersebut langsung berjalan mundur dan mengintip dari jendela , dia menatap Adeline sebentar lalu pergi.

MOS pun berakhir tanpa di sadari Adeline mulai akrab dengan Flow kakak seniornya itu. Mereka makan bersama di kantin dan membahas kejadian-kejadian semasa MOS.
“ Kamu itu seharusnya menyesal karena tidak masuk  dalam kelompoknya Given”
“ Kenapa aku harus menyesal kak ?” Tanya Adeline polos.
“ Adeline , dia itu adalah salah satu cowok populer di sekolah dan banyak cewe-cewe yang ngefans sama dia, apakah kamu tidak melihat wajahnya yang tampan itu?” Flow mencoba merayu Adeline
“ Aku melihatnya, tapi aku rasa dia itu adalah orang yang jelek di mata ku”
“Kenapa?” Tanya Flow penasaran
“ Aku menilai orang tidak dari wajahnya tapi dari hatinya, percuma orang yang tampan seperti dia tapi sifatnya seperti itu merusak ciptaan Tuhan yang indah bagi dirinya”
“ Wow, jujur baru kamu wanita yang melihat dan menilai Given dari sifatnya dulu. Given itu orangnya memang bersikap dingin, seakan-akan dia tidak membiarkan satu orang pun masuk lebih dalam lagi di kehidupannya”
“Kenapa seperti itu, kak?”
“ Yah aku juga tidak tau, tapi itulah Seorang Given”
Adeline hanya mengangguk dia tidak terlalu peduli dengan penjelasan Flow tentang Given karena dia merasa tidak tertarik.

Adeline bosan karena hari ini guru bahasa indonesianya tidak masuk hingga akhirnya dia memutuskan untuk ke perpustakaan membaca buku, Awalnya Perpustakaan sepi dan itu membuatnya nyaman untuk membaca tapi lama kelamaan terdengar suara teriakan dari luar, Adeline langsung memasang Headset ke telinganya.
        Tiba-tiba Given datang, dia langsung masuk ke dalam perpustakaan dengan wajah yang kesal,..
“ Sial, aku tidak bisa menggambar kalau para wanita itu terus saja berteriak dan membuat imajinasi ku hilang” Runtuk Given
Given melihat Adeline yang begitu tenang membaca, wajah dinginnya itu memandang Adeline beberapa saat lalu menggambar lagi, Adeline pun melihat sosok Given saat itu pun Given juga tak sengaja menatap Adeline, Adeline hanya mengganguk seperti memberi sapaan lalu membaca buku lagi dan hal itu membuat Given menatap Adeline dengan penasaran.

Saat pulang sekolah Adeline ke ruangan musik dan memainkan piano dengan membawahkan lagu Flashlight, saat itu lagi dan lagi Given tanpa sengaja memperhatikan Adeline.
“Kenapa aku selalu saja melihat dia, hah sekolah ini nampaknya terlalu kecil”
“Given... “ Teriak Stefan,..
Given tidak menyahut dia hanya menatap stefan..
“ Besok kita akan mendata anak-anak yang akan mengikuti festival seni dan sepertinya saat ini kau sedang melihat salah satu pesertanya” Ledek Stefan.
“ Apakah dia sangat penting sampai aku harus melihatnya? Sepertinya itu alasan yang tidak punya argumen yang baik”
Stefan hanya melongo mendengar perkataan Given dan membiarkan Given berlalu dari hadapannya.
“ Haisshh dia selalu saja menggunakan bahasa indonesia yang baik, mentang-mentang nilai bahasa indonesianya tinggi”
Stefan masuk ke dalam ruangan  Musik.
“Hallo Adeline.. “
“ ahh kak Stef.. “
“ Kamu harus bertanggung jawab atas bakat kamu”
“Maksud kakak?”
“ Karena kemahiran kamu dalam bermain piano maka kamu harus mengikuti festival seni yang akan diadakan minggu depan. Bagaimana?”
“Nanti akan ku pikirkan lagi kak”
“Kami tidak  menerimah penolakan” Sebuah suara dari ambang pintu mengagetkan mereka berdua.
“ Given ? “
“ Aku kemari hanya ingin menanyakan kapan pelaksanaan festival seni itu ? aku akan mendata tapi tidak tau kapan pelaksanaanya”
“Tapi kan pendataannya besok”
“ siapa tau besok kita tidak akan bertemu “
“ Haisshh dasar Given “
Given Langsung saja berlalu dari hadapan mereka.
“Bagaimana Adeline, apakah kamu ingin mengikuti festival itu ?” Tanya stefan.
“Baiklah kak” Jawab Adeline..

Given yang ternyata berada di luar mendengarkan pembicaraan mereka dan tersenyum.

“Aku pulang... “ Teriak Adeline
“ Sayang, kamu sudah pulang. Ayo makan” sambut mamanya
“ Mama tidak kerja?”
“ Tidak, tadi bibi telvon katanya Aiko demam, jadi mama langsung pulang saja”
“Ohya ? lalu bagaimana keadaannya sekarang?”
“ dia sudah tidur”
“Baguslah... “
“ Yasudah ayo makan sayang, kamu pasti lapar..”
“ Wahh mama memang paling tau , hahahhaha.. “
Adeline dan Aiko sangatlah beruntung memiliki orang tua seperti ini, mama nya selalu saja mengutamakan mereka walaupun tugas dan kerjaannya begitu banyak tapi jika di kabari bahwa Adeline atau Aiko sakit pasti mamanya akan lebih memilih pulang, begitu juga sang ayah, ayah pasti akan khawatir dan terus menelfon memantau keadaan mereka, ayah mungkin akan pulang lebih awal jika mendengar anak-anaknya sakit.
        Sehabis makan Adeline langsung ke kamar adiknya untuk memantau keadaanya, Adeline merasa kamar itu jadi sunyi karena biasanya kalau Adeline masuk ke kamar itu pasti kamar iu sangatlah berisik penuh dengan suara playstasion yang sering di mainkan oleh adiknya.
“ Ahhh kamu selalu saja manis saat tidur yah, Cepat sembuh jagoan. Kakak rindu dengan ledekan yang selalu kamu lontarkan dari mulut tajam mu itu” Kata Adeline sambil mengusap rambut adik yang sangat di sayanginya itu.

Malamnya hujan turun mengguyur bumi, Adeline sedang asik dengan beberapa artikel yang ada di laptopnya. Tiba-tiba mama memanggilnya.
“ Adelinneeee.... “
“ Yaa maaaa ?”
“Kemari sebentar nak.. “
Adeline turun menuju raung tamu.
“ Ada apa ma?”
“ sayang, tolong belikan obatnya Aiko di apotek di depan yaa, mama mau membelinya tapi Aiko merengek tidak mau mama pergi” Jelas mamanya
“ Memang bibi kemana ma ?”
“Bibi lagi masak bubur buat Aiko”
Yah , terpaksa Adeline harus keluar rumah di tengah derasnya hujan ini. Demi adik yang sangat di sayanginya itu.
        Adeline berjalan dengan santai sambil bermain hujan, sesekali dia membasahkan tangannya dan merasahkan dinginnya air hujan dan entah kenapa rasanya Adeline menyukai hujan. Di tengah perjalanan Adeline melihat sosok pria yang sepertinya familiar di matanya dan benar saja ternyata itu adalah Given, Diam-diam Adeline memperhatikan Given yang sedang duduk tanpa payung dan membiarkan dirinya basah.
“ Apakah dirumah kak Given sedang kehabisan air sampai-sampai dia harus mandi hujan seperti ini .” Gumam Adeline.
Adeline terus melanjutkan perjalanannya dan membeli obat di apotek, saat di apotek dia melihat payung dan dia teringat akan Given jadi, dia membeli satu lagi payung. Dan benar saja Given masih ada di taman tadi.
Given kaget saat tidak merasahkan air hujan di tubuhnya dan hanya mendegar suara hujan di atasnya seperti ada sesuatu yang menghalangi hujan itu untuk mengenai dirinya. Given memandang ke atas dan terlihat sebuah payung, lalu dia mengedarkan pandangannya dan menemukan seorang gadis yang ternyata adalah Adeline.
“ Kak, kalau kakak mau mandi hujan jangan terlalu lama. Lihatlah badan kakak mulai membiru karena kedinginan. Pakailah payung ini dan pulanglah kak” Adeline menyerahkan payung itu di tangan Given.
Given hanya memandang Adeline, lalu dia menatap dingin Adeline.
“ Pergilah dan bawah benda yang tidak berguna itu”
“ Bagaimana mungkin payung tidak berguna, lalu untuk apa mereka membuat payung kalau  tidak berguna”
“Pergi.... “ Bentak Given,
Adeline kaget dan dia gemetaran, dia langsung saja pergi dari hadapan Given dan tiba-tiba , semuanya menjadi gelapp...

Adeline melihat sebuah cahaya mendekatinya dan Adeline kini bisa melihat sekelilingnya karena baru ada cahaya yang meneranginya, dia mencari payung yang di pakainya karena saking kagetnya dia tadi hingga dia melepaskan payungnya yang entah di tiup angin ke mana. Cahaya itu semakin dekat dan ternyata itu adalah lampu senter handponenya Given.
“ Ini payungmu”
“ Terimah kasih kak”
“Bawahlah handpone ini pulang” perintah Given
“ Lalu bagaimana kakak akan pulang?”
Belum sempat Adeline mendengra jawaban Given, Handpone itu sudah ada di tangannya dan Given segera pergi dari hadapannya.
“ Ahh benar-benar orang yang kaku”


Ke esokan harinya Adeline ingin mengembalikan handpone Given, dia merasah risih memegang handpone itu. Bukan karena handpone itu mahal atau anti air ataupun canggih tapi karena sejak tadi malam handpone itu selalu berbunyi dan membuat Adeline terganggu.
“Permisi, apakah kalian melihat kak Given ? “
Bukannya mendapat jawaban tapi Adeline malah mendapatkan tatajam tajam dari para wanita itu, yah itu mungkin adalah sekumpulan fansnya Given.
Adeline tidak menemukan Given tapi dia malah bertemu dengan stefan.
“ Adeline, bagaimana siap untuk lusa ?”
“ Ia kak, eh ia apakah kakak Melihat kak Given ?”
“ Tidak, memangnya kenapa?”
“ Ini, aku mau mengembalikan handpone nya kak Given”
“ Ohh kenapa bisa di kamu?”
“Tadi malam kak Given meminjamkannya padaku”
“ Ohia ?” Stefan penasaran
“Ia , karena aku bertemu dengan kakak maka aku akan menitipkan handpone ini ke kakak dan jangan lupa ucapkan terimah kasih ku ke kak Given yah kak. Terimah kasih sebelumnya” Adeline menyodorkan handponenya dan menatap Adeline yang segera berlalu dari hadapannya.


Saat jam istirahat Adeline melihat Given  berada di ruangan perpustakaan, Adeline masuk dan melihat nampaknya Given sedang menggambar. Melihat Adeline yang ada di sampingnya Given langsung saja menutup bukunya dan berdiri untuk pergi.
“ Lain kali jangan mengintip seperti pencuri dan kembalikan benda yang kau pinjam itu langsung ke orangnya jangan menitipkan ke orang lain, karena aku sangat benci hal seperti itu.” Kata Given sambil berlalu pergi.
“ Memang siapa yang meminjam hp nya ? dasar aneh”
Tanpa di sadari Adeline, Given mendengar ucapannya itu lalu dia kembali dan menatap Adeline dengan dekat membuat Adeline gugup. Given menjitak jidat Adeline.
“ Aduhh sakit kak... “
“ Itu karena kamu tidak tau bagaimana caranya berterimah kasih...”

Saat malamnya di rumah Adeline kembali belajar dan membaca beberapa bukunya.
“Bukankah sudah ku katakan, teori itu tidak penting yang penting adalah pengalaman”
“ Sudalah, jangan ajak kakak berdebat sekarang kakak sedang sibuk”
Aiko mendekati meja kakaknya.
“ Buku apa ini ? Buku cinta ? hahaha kakak, kau tidak perlu hal seperti ini. Cinta itu bukan masalah berteori tapi bagaimana cara kakak menyadari bagaimana perasaan kakak terhadap orang yang kakak sayangi, kalau kakak hanya berteori saja itu bukanlah cinta namanya”
“ Anak kecil tau apa tentang cinta hah ?”
“ Kakak saja yang terlalu polos, aku saja pernah pacaran beberpa kali”
“APA?” Adeline berteriak kaget, bagaimana mungkin dia tidak kaget mendengar pengakuan dari adiknya itu ,yang mengatakan bahwa dia sudah pernah pacaran beberapa kali padahal dia baru kelas dua smp.



Festival seni di mulai, banyak anak-anak yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut, dengan penampilan yang hebat juga tentunya dan hal itu membuat Adeline menjadi gugup.
       Kini, saatnya Given tampil dengan gitarnya. Dia membawahkan lagu Diary depresiku dan ekspreksinya sangatlah menggambarkan bahwa dia adalah seseorang yang ada di dalam lagu yang di bawahkannya. Semuanya bertepuk tangan dan terharu tapi bukannya malah senang karena mendapat respon yang baik, Given menunjukkan mukanya dengan tammpamg yang dingin itu.
       Saatnya Adeline tampil dengan Pianonya, Adeline tersenyum saat melihat keluarganya juga datang menyaksikannya dia mulai memainkan pianonya dan ,ternyata saat itu juga Given sedang memotret Adeline. Adeline tersenyum bangga karena dia berhasil memainkan piano ini dengan baik, dan mendapat respon yang baik dari para penonton.
       Hingga saat pengumuman juara ternyata yang mendapat juara pertama adalah Given dan Adeline ada di peringkat ke dua setelah Given.
“ Selamat yah, kamu juara...” Sebuah suara mengejutkan Adeline..
“ Kak Given... Selamat juga ternyata kakak lebih baik di atas ku” Ejek Adeline
“Apakah tidak ada pesta perayaan ?” Tanya Given
“ Tidak ada” Sahut Given..
“ Aghh sayang sekali padahal aku sangat lapar”
Adeline segera beranjak pergi dari hadapan Given.
“ Memang kamu mau makan apa ?” tanya Given
Adeline tersenyum senang.
Ya, di sinilah mereka berdua sekarang di sebuah rumah makan bakso. Given terus memandangi Adeline yang sangat lahap memakan baksonya.
“ Apakah kamu sangat menyukai bakso?”
“ Iaa, ini sangatlah enak. Kenapa kakak tidak makan?”
“ Aku tidak lapar”
“Tapi ini sangatlah tidak adil, Mas bakso satu ya mas” Adeline memesan bakso untuk Given.
5 menit kemudian
“ Ayo di makan kak”
Given hanyan memandangi bakso itu.
“ Ayoo ,,, aaaa “ Adeline mengambil inisiatif untuk menyuapi Given
Dan bodohnya given membuka mulutnya.
“ Enak kan ? “
“ Ia ... “
Baru 4 suapan dan Given segera berhenti makan lalu ke toilet.
“ Ahh dia pasti tidak tau makan bakso padahal makanan ini sangatlah enak”

Makan siangpun selesai mereka berdua langsung saja jalan-jalan menikmati indahnya alam, tanpa di sadari oleh Given sikapnya yang dingin itu perlahan menghilang saat dia berada di dekat Adeline, dia tidak tau mengapa hal itu terjadi tapi dia hanya merasakan rasa nyaman saat berada di samping Adeline. Adeline juga memiliki perasaan yang sama dan Adeline yang belum pernah merasahkan hal seperti itu hanya mencoba menjalani saja menurut perasaannya.
       “ Waktunya pulang Adeline “ Suara Given membangunkan Adeline.
“ Astaga aku ketiduran yah kak”
Given mengangguk
“ Apakah sangat lama ?”
“ Tidak itu sangat singkat hanya 2 jam” kata Given denga muka polos.
“ woah , apakah kakak punya jam yang durasinya cepat?”
“ Tidak, jam kita sama”
“Lalu kenapa 2 jam itu sangatlah cepat untuk mu? Hah, pasti kakak mengerjai ku.”
Given tertawa dan Adeline memukul lengan Given karena saking kesalnya. Begitu seterusnya hari-hari ini di jalani Given dan Adeline dengan bersama dan hal itu tentu menjadi salah satu pertanyaan yang sangatlah mendalam bagi anak-anak di sekolah, apakah Adeline dan Given “Pacaran” ?
       Belakangan ini Adeline banyak mendapat tatapan tajam dari anak-anak di sekolah itu pasti karena Given, ia mereka adalah fansnya Given.
       Bahkan saat Adeline ada di taman belakag ada beberapa anak-anak yang mendatanginya.
“ Apa hubungan mu dengan Kak Given?”
“ Kami hanya sekedar berteman, kenapa?”
“ Kamu ini pura-pura polos atau apa sih? Melihat sikap kak Given yang sangat peduli pada mu itu sudah jelas bahwa kak Given sangatlah menyukai mu” jelas seorang wanita
“ Tapi aku tidak merasa seperti itu”
“ Dasar gadis munafik”
Saat gadis itu akan menampar Adeline, tiba-tiba sebuah tangan menahannya.
“Jangan pernah berani menyentuh ataupun menyakitinya” Kata Given dengan tampang yang dingin
“ Kak,,, kak.. kak Given”
Gadis-gadis itu langsung saja pergi meninggalkan mereka berdua.
“ Kamu nggak apa – apa kan ?”
Adeline menggeleng..
“ Kakak... “
“Ia ?”
“apakah benar kata mereka ?”
“Apa yang mereka katakan?”
“Bahwa kakak menyukai ku”
Given hanya diam dan memeluk Adeline, Adeline pun bingung, apakah ini tandanya Given menyukainya atau tidak karena Given tidak menjawab pertanyaannya.
       Di tengah kebingungannya Given menarik adeline dan pergi dari lingkungan sekolah.
“ Kakak kita akan kemana?”
“ Kita akan siap-siap untuk pergi ke suatu pesta”
Adeline hanya diam sepanjang perjalanan karena dia masih bingung dengan apa yang terjadi pada diriya, dia tiak tau kenapa jantungnya berdebar-debar selama bersama dengan Given.
       Given membawah Adeline ke sebuah salon dan mendandani Adeline bagaikan seorang puteri, bahkan saat Adelin keluar dengan Dress Mini berwarnah hitam sampai lutut yang sangat cocock dengan warnah kulit putih Adeline itu, membuat Given nyaris tak berkedip.
“ Kak, kak, kak Given”
Given pun tersadar mendegar suara Gadis yang di sampingnya itu.
“ Siap pergi ? “ tanya Given
Adeline mengangguk.

Di pesta yang serbah meriah itu Adeline merasa gugup karena saat Adeline dan Given memasuki ruangan itu semua mata tertuju kepada mereka, bahkan orang tua Given sendiri terdiam melihat mereka berdua.
       Given hanya memandang dingin ke dua orang tuanya, dan memperkenalkan Adelin kepada orang tuanya. Kedua orang tuanya tersenyum bahagia tapi di balik senyuman itu terpampang wajahb yang sedih.

“ Adelin Can you dance with me? “
“ Ta,, tapi aku tidak tau berdansa”
“ Just follow me , oke ? “
Adelin pun mengangguk dan kini mereka berdua berada di tengah-tengah banyak orang yang sedang menatap mereka, Adelin tampak gugup tapi Given tidak peduli dengan tatapan di sekitarnya, entah kenapa malam ini Given merasa sangat bahagia tapi tersirat kekhawatiran dari wajahnya.
“Adeline ?”
“ Ia .. “
“ Aku tidak tau kenapa , tapi saat berada di samping kamu aku merasakan bahagia yang belum pernah ku temukan sebelumnya, aku merasa nyaman bahkan kalau bolehpun aku sangat ingin untuk memiliki mu. Bisakah itu terjadi?”
Adeline hanya menatap Given dengan bingung, tiba-tiba sebuah cincin mendarat dengan mulus di jari manisnya.
“ Sekarang kamu adalah milik ku, jangan pernah berfikir untuk melupakanku”
Adeline masih berfikir dengan keras, apakah maksud dari Given ini, apakah ini pernyataan cinta nya ? Ohh sial, nampaknya Adeline begitu polos dan lugu. Di tengah rasa bingung dan kebahagiaan itu, tiba- tiba Given terbatuk-batuk dan pergi dari hadapannya, Adelin panik dan mengikuti Given dari belakang. Dia panik saat di Toilet batuk Given sangat terdengar parah dan dia mencoba untuk meminta Given membuka pintunya tetapi Given tidak mau membukanya, sampai 15 menit kemudian tidak ada suara dari dalam sana , Adeline panik dia berlari keluar dan mencari Orang tua Given, dan memberi tau keadaan Given. Orang Tua Given pun berlari mengetahui bahwa anaknya Sakit , mereka mendobrak pintu toilet dan menemukan Given tergletak tak berdaya di dalam dengan berlumuran darah, Adeline kaget dan tanpa terasa air matanya keluar. Mereka segera membawah Given ke Rumah sakit.
       3 Jam telah berlalu namun Given masih juga belum sadar.
“ Adeline, pulanglah nak nanti kamu bisa datang besok lagi. Ini sudah malam” kata ibunya Given
“Tapi tante Given masih belum bangun” Kata Adeline terisak
“ Nak, ini sudah malam. Kamu bisa melihatnya besok lagi, pulanglah kami akan menyuruh sopir kami mengantar kamu pulang” sambung Ayahnya Given.
       Adelinne akhirnya pasrah dan pulang, ia hanya bisa menangis melihat Given di dalam memakai begitu banyak alat medis di tubuhnya.

·      Di rumah

“ Astaga Adeline jam berapa ii kamu baru pulang?” Kata ayahnya memarahi Adeline.
Tapi saat melihat muka Adeline yang Murung dan Matanya yang bengkak raut muka ayahnya menjadi Khawatir.
“ Kamu kenapa sayang?” Ibunya juga Khawatir
“ Ibu.... “ Adeline berhambur ke pelukan ibunya, ibunya khawatir karena baru kali ini Adeline menangis seperti ini.
Adeline menceritakan semuanya kepada Ayah dan Ibunya, mereka pun sedih mendengar kisah Cinta pertama anaknya yang sepertinya akan kandas.
Mereka menghibur Adeline.
“ Ayah,.. ibu.. Apakah Kak Given baik-baik saja ? Apakah Kak Given akan bangun besok ? Aku ingin memeluknya lagi ibu .. hiks hiks”
Adeline semakin menagis sejadi-jadinya.

Ke esokan harinya Adeline mendapat kabar bahwa Given telah sadar, dia dengan semangatnya pun pergi ke rumah sakit. Saat di rumah sakit dia tidak sengaja mendengarkan pembicaraan orang tua Given dengan Dokter.
“ Jadi bagaimana keadaan Given dok?”
“ Keadaannya semakin parah Pak, bu. Bapak dan ibu harus iklhas dan tabah yahh”
Ibu Given menangis mendengar kata-kata Dokter, begitupun dengan Adeline, dia menagis dan berlutut di sudut rumah sakit itu karena tidak bisa menahan rasa sakit yang menerpanya.
       Saat bisa mengendalikan dirinya Adeline masuk ke dalam ruangan Given.
“ Haii... “ Sapa Adeline
“ Adelinee.. “ Muka Given menjadi senang
“ Kamu apa kabar?”
“ Aku baik-baik saja”
“Kamu juga baik-baik saja kan Adeline?” tanya Given dengan badan yang lemah
Adeline mangangguk tanpa sadar Air matanya Keluar. Given pun memeluknya dengan sayang.
“ Kamu nggak akan pergi dari aku kan kak Given?”tanya Adeline dengan nada terisak
“ Sayang, kamu jangan menangis seperti ini jelek tau. Dengarkan aku, aku tidak tau sampai kapan aku akantetap ada di bumi ini, bisa saja hari ini aku pergi. Aku tidak bisa berjanji untuk selalu ada di hadapan mu tapi aku bisa berjanji bahwa aku ada di sini” Meletakkan tangan Adeline di Dadanya.
“ Nggak kamu, nggak boleh pergi” Adeline semakin terisak.
“ Terimah kasih Adeline, karena kamu telah masuk ke dalam hidup ku ini, Kamu membuat hidup ku berwarna. Kamu membuat aku mengerti arti Cinta, Tetap kenang aku ya Isteri ku.”
Adeline hanya semakin terisak.
“ Kemarin kita sudah menikah bukan ? Terimah kasih juga karena kamu sudah mau membuat aku merasakan betapa bahagianya menjadi seorang pengantin. Aku sayang banget sama kamu, kamu jangan pernah menangis sendiri ya karena aku, jangan jadi down karena aku tapi teruslah berlari ke depan mengejar mimpimu dan jadilah Adeline seperti biasanya. I Love u Adeline Istri ku” Given mencium kening Adeline.
Lalu Given segera tak sadarkan diri, Adeline panik dan memanggil dokter. Tim dokter pun datang  tapi ternyata kini Given sudah tidak bernyawa lagi. Adeline histeris dia memeluk jasad suaminya itu,
“ Bangun Given , kak Given bangun.. mana tanggung jawab kamu terhadap isteri mu ? Aku juga sayang banget sama kak Given! Kak Given , Kak Given, Kak GIVENNN !!!!

Seminggu sudah semejak kepergian Given dari Dunia, Adeline menjadi bagaikan sosok mayat hidup. Tiba-tib a mama membuka pintu dan memberikan surat untuk Adeline. Adeline segera membuka dan membacanya.

Dear Adeline...

Adeline istriku,
Saat kamu baca surat ini pasti aku sudah tidak ada lagi. Aku ingin kamu tau perasaan aku yang sebenarnya selama ini, Aku suka kamu semenjak awal kamu masuk sekolah, saat kamu dengan lucunya berterimah kasih kepada flow dan hal itu membuat aku tersenyum lagi setelah sekian lama aku tidak pernah tersenyum, dan sejak saat itu aku ingin menjadi kan kamu milik ku. Aku selalu memperhatikan kamu baik di perpustakaan maupun di Ruangan musik, aku sangat suka mendengar kamu main piano. Perasaan ku terlalu dingin sampai-sampai aku tidak tau bagaimana caranya untuk menyatakannya pada mu. Terimah kasih karena kamu orang pertama yang kasih makanan berbeda ke aku selain bubur, aku sebenarnya tidak bisa makan makanan selain bubur karena sakit aku akan bertambah parah tapi dari dulu aku sangat penasaran dengan makanan itu sampai akhirnya aku bisa memakan itu bersama dengan orang yang aku sayangi. Terimah kasih Karena kamu telah menjadi satu-satunya orang yang berharga di hidupku, dan terimah kasih telah memberikan cintamu untuk ku dan terimah kasih juga karena sudah mengisi hari-hari terakhir hidupku  dengan semua cinta mu. Aku cuman mau bilang kalau sampai saat ini aku Masih mencintai kamu,...


Suami mu
Given



Adeline hanya bisa menangis lagi mangingat semua masa-masa indah nya bersama dengan Given, dia ingin kembali lagi ke sana dan menghapus rasa ragu-raguny a terhadap Given. Dia menyesal karena tidak mengerti perasaan Given yang sebenarnya saat itu dan tidak mencintai Given dengan sepenuhnya. Ternyata benar kata adiknya Teori saja tidak cukup melainkan pengalaman itu perlu. Kini Adeline merasa ia harus mengubah komitmennya bukan hanya sekedar teori saja, teori tidak berguna untuk masa depan tapi pengalaman itu yang lebih penting karena sebuah teori lahir dari sebuah pengalaman.


END

By : Deiby Bimbanaung


Rabu, 14 Oktober 2015

Teriakan alam


Hujan..
kapan hujan?
Lihatlah, sepanjang 2 jam perjalanan yang ku tempuh tadi , hampir seluruh pepohonan kering.
Rasanya seperti merasakan musism gugur, tapi bukan musim gugur yang seperti biasanya.
Bukan hanya pepohonan yang daunnya jatuh berguguran tapi segalah rumput liar yang ada di sepanjang jalanan pun mengering, bahkan hampir lima puluh persen hutan yang ada terbakar, sangatlah miris melihat keadaan seperti ini di tambah dengan sungai sungai yang ada mulai mengering. 
Tuhan, mungkin egois kelihatannya jika aku meminta hujan yang merupakan keuntungan bagi kami manusia saja, Tapi lihatlah banyak tumbuhan  yang berteriak meminta air saat ini , awalnya hijau kini menjadi cokelat kekeringan. Aku tidak berharap lebih selain hujan melihat betapa kekeringannya dunia saat ini.

Selasa, 13 Oktober 2015

Sahabat...


Kemarin aku sangat putus asa karena orang yang aku angap sebagai sahabat itu banyak yang pergi meninggalkan ku sendiri. Apakah kalian masih bisa berfikir jernih saat orang yang sangat kalian butuhkan itu pergi begitu saja dari kehidupan mu?

Kalau kalian bertanya pada ku , pasti jawabannya TIDAK !! tapi beberapa saat yang lalu aku mengalami hal tersebut dan jujur saja itu sangat membuat aku down, saat itu aku benar" merasah buntuh karena tidak ada orang yang akan menjadi tempat sandaranku dan mulai saat itu hidupku sangatlah terpuruk.

Tapi saat di keterpurukkan itu aku bertemu dengan orang" yang mau untuk menggengam tangan ku untuk aku bangkit lagi, sampai saat ini aku merasa sangat bahagia karena tanpa mereka sadari tawa mereka itu membuat hidup ku sangat berwarnah. karena setiap kali kita bersama mereka akan menorehkan warnah mereka sendiri dan membuat jalan yang kita lalui itu cerah, karena kita bersama sama melewatinya jadi walaupun warnah hitam salah satu warnah yang mereka torehkan , itu tak apa apa karena masih ada warnah cerah lainnya yang bisa menutupi warnah itu ..